Jumat, 02 November 2012

Komet Alat Musik Kuno di Kerajaan Siak



Jalan-jalan ke Kabupaten Siak memberikan kesan tersendiri, nyaman, damai dan tenang. Siak merupakan Kabupaten terakhir di Provinsi Riau, namun cikalbakal Kota Terbesar di Provinsi Riau sendiri tak lepas dari peran sebuah kerajaan yang pernah berdiri di Siak, yaitu Kerajaan Siak.
Untuk menuju ke Kabupaten Siak kita bisa mengakses melalui jalur darat atau pun melewati Sungai Siak. Keduanya sama-sama menariknya dan menyenangkan untuk dicoba. Jika memilih Jalur Darat, baru-baru ini bertepatan dengan penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) 18 di Riau Pemerintah Provinsi Riau sudah mulai menghaluskan aspal Jalur dari Pekanbaru menuju Siak. Sehingga perjalanan menjadi nyaman.
Melalui jalur sepanjang 120 kilometer ini, pengendaraa akan disunguhi pemandangan hutan karet dan juga berseling dengan hutan sawit selama berpuluh-puluh kilo meter, sebelum akan bertemu dengan desa atau kecamatan di Jalur tersebut.
Selain pemandangan yang hijau dengan hutan karet dan juga sawit, pengendara juga akan melewati dua jembatan besar sebelum masuk Kabupaten Siak, yaitu jembatan Maredan dan juga Jembatan Siak. Jembatan Gantung ini berdiri megah di atas Sungai Siak dan sering dilewati oleh kapal-kapal pengangkut kelapa sawit atau kayu yang dibawa ke Pabrik Kertas di Bantaran Sungai Siak.
Selain jalur darat, dari Pekanbaru menuju Kabupaten Siak juga bisa ditempuh melalui Sungai Siak dengan menggunakan <I>speed boat<I>. Dengan membayar Rp 60.000 di Pelabuhan Penyeberangan di Sungai Duku Pekanbaru, pengunjung bisa lebih cepat mencapai Kabupaten Siak. Dengan menggunakan <I>speed boat<I> ini perjalanan Pekanbaru-Siak bisa ditempuh hanya dalam waktu dua jam.
Perjalanan melalui Sungai Siak dengan menggunakan <I>speedboat<I> sendiri memberikan pengalaman yang tak kalah menarik. Sungai dengan lebar rata-rata 800 meter dengan kedalaman antara 50-75 meter ini juga menjadi jalur bagi kapal-kapal besar pengangkut kayu dan juga kelapa sawit. Sehingga <I>boat<I> yang seringkali berpasasan atau menyalip kapal-kapal tersebut. Selain pemandangan semak hutan sawit dan hutan karet, bandaran Sungai Siak sendiri banyak dijumpai perusahaan-perusahaan besar. Di antaranya yang masih aktif adalah Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP) dan Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Perjalanan di Sungai Siak ini juga akan melewati jembatan Maredan dan Jembatan Siak.
Namun perjalanan yang panjang tersebut tentu tak akan mengecewakan. Di Kabupaten ini kita bisa merasakan kenyaman dan ketenangan, karena jalan di Kabupaten ini masih sepi dan langka terjadi kemacetan. Dengan penataan Kabupaten yang tak kalah mewah dengan kota-kota besar, Kabupaten Siak memberikan kesan tersendiri di waktu malam. Penataan taman dan juga lampu hias yang di kemas membuat kita merasa nyaman untuk menikmatinya. Sayangnya masyarakat Siak sendiri tak suka keluar diwaktu malam. Hampir tidak ada pemandangan pemuda atau masyarakat yang <I>nongkrong<I> waktu malam di Kabupaten ini. “Masyarakat sini memang tidak suka keluar di waktu malam Kak,” ungkap Pak Win, salah satu tukang ojek di Kabupaten tersebut. Sayang sekali ya, padahal Kabupaten ini begitu indah di waktu malam.
Selain ke indahan Kabupaten ini, Siak juga menyimpan sebuah Sejarah yang berharga, yaitu Kerajaan Siak. Sultan atau Raja terakhir Kerajaan Siak Sultan Syarif Kasim II yang kemudian namanya diabadikan sebagai nama Bandara di Pekanbaru. Tak banyak yang tau tentang Kerajaan ini, namun Kerajaan ini memiliki suatu benda berharga yang tidak bisa lagi ditemui di Dunia. Di Kerajaan ini saat ini masih memiliki alat Musik Komet. Bunyi alat Musik ini berasal dari lempengan besar yang kemudian diberi lubang-lubang kecil. Kemudian di pasang di sebuah Kotak Besar, sehingga bentuknya seperti Jam lemari. Jika lempengan besar tersebut di putar maka akan terdengar alunan musik yang berdenting.
Komet ini dibawa oleh Sultan Siak ke XI bernama Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syarifuddin yang bertahta sejak tahun 1889 hingga 1908. Komet ini dibawa ketika sultan melakukan lawatan ke Eropa di tahun 1896. Komet ini bertulis Komet Goldenberg & Zetitlin Patent 95312 buatan abad XVIII ini berada di dalam istana bagian sebelah kiri. Komet ini tingginya lemarinya lebih dari 3 meter dengan lebar sekitar 90 senti meter. “Komet ini tidak pernah dibunyikan, hanya kalau ada tamu agung saja yang datang,” ungkap Zainudin, koordinator pegawai Pengelola Kerajaan Siak. Dan satu-satunya pegawai yang boleh menyembunyikan alat musik tersebut adalah Zainudin. Beruntungnya saat saya mengunjungi tempat tersebut, ada tamu dari staf kepresidenan RI, sehingga Zainudin berkenan membunyikan alat tersebut dan kami pun sempat menikmati dentingan Komet tersebut selama beberapa saat.
 Sebenarnya ada beberapa lempengan, musiknya juga beda-beda. Tapi karena sudah aus, kalau sering diganti akan cepat rusak,” ungkap Zainudin dengan menunjukkan lempengan tembaga yang lain. Zainudin mengatakan selain berada di Siak, ada satu Komet lagi yang masih tersisa di Dunia. Yaitu di Jerman, namun Komet yang di Jerman sekarang tidak bisa dibunyikan lagi, karena ada bagian yang rusak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar